Sore itu, 11 Desember 2010, langit di Jakarta tertutup awan hitam, udara dingin yang bertiup membuat tubuh ini malas untuk beraktifitas. Di base camp Taplak keplakkeplak koplak (warung tukang somay pastinya) para punggawanya lagi pada ngupil mikir,” mau jalan kemana sore ini ya?” Tak butuh waktu lama untuk menentukan pertanyaan tersebut, karena dengan sigap pemuda yang berkacamata, atletis, dinamis dan yang senyumannya paling manis (kalo ini pasti udah pada tau siapa orangnya kan? Ehm…) menjawab, “mendingan ke Marunda aja nyok”. Serempak usulan tersebut diberi sambutan tepuk tangan meriah diiringi kembang api menghiasi langit plus tiupan terompet oleh para punggawa Taplak.

Pukul 15.39 WIB atau pukul 17.00 di kampung gue di Seoul sana. Punggawa taplak mendarat. Hujan rintik – rintik menyapa mereka. Semua imajinasi gue buyar tiba – tiba (kaya kotoran yang ngambang terus ditimpuk atau ditusuk - tusuk pake lidi sama anak kecil.) Gak ada pasir putih, gak ada burung yang terbang melayang, gak ada yang nyebar duit pula, yang ada malahan Emak – emak yang nawarin dagangannya dengan paksa. “Ayo tong, ayo tong mampir dulu tong, jangan lewat sono tong, sono becek, dah parkir disina aja, tapi jajan dulu tong kalo mau markir disini tong” seru Emak tersebut sambil menggiring gue dan punggawa taplak masuk ke warungnya yang bocor akibat Hujan. Terpaksa deh, gue jajan disitu padahal perut masih kenyang kesumpel sama somay di base camp tadi.
Saatnya mengeksplor lebih dalam keadaan pantai ini, gue sendiri masih belom percaya dengan pemandangan yang tersaji ini. Sampah dimana – mana, rumah penduduk yang asal berdiri menambah semerawut padahal tak jauh dari temapt tinggal mereka berdiri rusun – rusun yang siap menampung, tapi gue sendiri gak tau kenapa rusun – rusun tersebut belum ditempati. Air yang tadinya jernih berubah butek dicampur sampah pelastik. Hmmm, lagi lagi potensi alam terbaikan di atas negeri sejuta pesona ini.


Tak terasa, waktu sudah pukul, punggawa taplak siap kembali ke habitatnya masing masing. Ame ke kobakan, Agung ke comberan, Aldian ke kolam ikan, Bayu ke dalem kendi, Khafid ke balik batu, Naschan ke dalem aqua gelas yang gopean, Ryan ke kuburan dan Herlambang ke kampung halamannya di Korea.